Beranda | Artikel
Bab Dihapusnya Berbicara dalam Shalat
Selasa, 28 Mei 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Bab Dihapusnya Berbicara dalam Shalat merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Sabtu, 18 Dzulqa’dah 1445 H / 26 Mei 2024 M.

Bab Dihapusnya Berbicara dalam Shalat

Hadits 333:

Dari Muawiyah bin Al-Hakam Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Ketika aku sedang shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tiba-tiba ada orang yang bersin, maka aku pun membalasnya, ‘Yarhamukallah.’ Maka orang-orang pun kemudian melotot kepadaku. ‘Aduh, kenapa kalian kok melihatku seperti itu?’ Maka mereka pun kemudian memukul paha-paha mereka dengan tangan mereka, maksudnya menyuruhku diam. Ketika aku melihat mereka menyuruhku diam, lalu aku pun diam.”

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah selesai shalat, demi ayah dan ibuku-maksudnya sebagai tebusannya-aku belum pernah melihat seorang guru yang paling bagus tata cara mengajarnya sebelum beliau, tidak pula setelah beliau. Demi Allah, beliau tidak menghardikku, tidak pula memukulku, tidak pula mencaciku. Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya shalat ini tidak boleh dimasuki ucapan manusia. Shalat ini hanyalah tasbih, takbir, dan membaca Al-Qur’an.” Atau seperti itu yang diucapkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku baru saja meninggalkan masa jahiliah dan Allah telah mendatangkan kepadaku Islam. Di antara kami ada yang suka mendatangi dukun.”

Maka Rasulullah bersabda, “Jangan kamu datangi mereka.”

Aku berkata lagi, “Di antara kami ada orang yang suka tathayyur (menganggap sial dengan suara burung atau angka tertentu, hari tertentu).” Maka Rasulullah bersabda, “Itu sesuatu yang mereka temukan di hati mereka, maka janganlah tathayyur itu menghalangi mereka (artinya, jangan sampai perasaan yang tidak benar itu membuat mereka tidak jadi safar).” Berkata Ibnu Shihab, “Janganlah itu mencegah kalian.”

Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah, di antara kami ada orang-orang yang menggaris (maksudnya meramal).” Maka Rasulullah bersabda, “Dahulu ada seorang nabi dari para nabi yang juga menggaris. Siapa yang sesuai dengan garisnya para nabi maka silahkan saja (maksudnya celaan, artinya tidak mungkin bisa melakukan seperti yang dilakukan oleh nabi, karena nabi berdasarkan wahyu. Kalau mereka berdasarkan ramalan yang tidak ada sama sekali dasarnya. Ini batil.).

Aku memiliki seorang hamba sahaya wanita, wahai Rasulullah. Dia suka menggembalakan kambing-kambingku di sebelah Gunung Uhud, yaitu di Jawwaniyyah (sebuah tempat di bagian utara Kota Madinah dekat Uhud). Suatu hari, aku menengok kambing-kambingku, ternyata serigala telah pergi membawa seekor kambingku. Sebagai manusia, aku marah, maka aku pun menamparnya sekali.

Maka aku [pun mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah menganggap perbuatanku yang menempeleng hamba sahaya itu sebagai sesuatu yang berat, karena itu termasuk kezaliman. Lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku merdekakan saja budak itu?” Kata Rasulullah, “Coba bawa dia kepadaku.” Maka aku datang membawa budak wanita tersebut. Rasulullah bersabda kepada si budak itu, “Di mana Allah?” Dia menjawab, “Di langit.” Rasulullah bertanya lagi, “Siapa aku?” Dia menjawab, “Engkau adalah utusan Allah.” Rasulullah bersabda, “Merdekakan dia karena sesungguhnya dia seorang mukminah.” (HR. Muslim)

Hadits ini, MasyaAllah, bercerita tentang seorang sahabat yang baru masuk Islam. Kita bisa mengambil faedah dari hadits ini:

Orang yang bodoh itu dimaafkan

Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang bodoh itu dimaafkan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyuruh Muawiyah bin Al-Hakam untuk mengulangi shalatnya, padahal berbicara dalam shalat itu membatalkan shalat. Namun, Muawiyah waktu itu baru masuk Islam. Dia kira menjawab orang yang bersin itu boleh di dalam shalat. Disebutkan dalam riwayat yang lain bahwa orang itu bersin, lalu ia mengucapkan “Alhamdulillah,” kemudian Muawiyah membalas “Yarhamukallah.” Dia kira itu boleh, sehingga akhirnya para sahabat melotot ke dia. Eh, malah dia ngomong lagi, “Kenapa kalian kok melotot sama aku?” Ini dalam shalat. Setelah shalat, Rasulullah hanya mengajarkan saja bahwa tidak layak berbicara dalam shalat. Tapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak memerintahkan untuk mengulangi shalatnya. Ini menunjukkan bahwa orang yang bodoh dimaafkan dan diberikan uzur.

Bolehnya berisyarat dalam shalat kepada orang lain

Yang bisa kita petik dari hadits ini adalah bolehnya berisyarat dalam shalat kepada orang lain. Karena para sahabat ingin menegur Muawiyah, mereka langsung melihat Muawiyah. Lalu Muawiyah ngomong lagi, langsung mereka memukul paha (maksudnya diam). Maka yang seperti ini boleh, karena Rasulullah pun tidak mengingkari perbuatan para sahabat.

Rasulullah adalah sebaik-baiknya guru

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah adalah sebaik-baiknya guru. Dimana beliau kepada orang yang bodoh itu lembut. Maka dari itu, kita juga perlu untuk mencontoh akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kalau kita melihat ada orang yang bodoh, tidak paham, belum ngaji, kita seharusnya lebih lembut sama dia. Kadang kita yang sudah ngaji, sama orang yang belum ngaji, malah keras, yang akhirnya dia semakin tidak suka sama orang yang sudah ngaji, hanya karena, misalnya, dia tidak berjenggot atau yang lainnya. Ini tidak boleh.

Kadang ada laporan seorang akhwat yang baru ngaji, datang ke pengajian, ternyata datang ke pengajian tidak pakai jilbab. Hanya pakai kerudung seadanya saja. Duduk dia dengan akhwat yang lain, dipelototin seperti melihat setan. Akhirnya si akhwat ini tidak mau lagi datang kajian, sehingga akhirnya sama saja membantu setan untuk menghalang-halangi orang dari kebaikan. Maklum dia orang awam, mau duduk saja Alhamdulillah, dia sedang mencari jati dirinya, ingin mencari hidayah. Harusnya kita melihat orang seperti ini, masyaAllah, ahlan wasahlan, kita lembut. Lihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada orang yang bodoh itu lembut sekali.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54193-bab-dihapusnya-berbicara-dalam-shalat/